STRATEGI
KH. MUHAMMAD KHAIRUDDIN DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN
NURUL HUDA SUKONOLO BULULAWANG MALANG
A.
Latar
Belakang Masalah
Sebagaimana
yang telah kita ketahui bersama bahwa pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia telah menunjukkan kemampuannya dalam
mencetak kader – kader ulama dan telah berjasa turut mencerdaskan masyarakat
Indonesia.
Pesantren adalah sebuah komplek dengan
lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dalam komplek ini
berdiri beberapa buah bangunan: rumah kediaman pengasuh, sebuah surau atau
masjid: tempat pengajian diberikan (bahasa Arab, Madrasah yang juga sering
mengandung konotasi Sekolah), dan Asrama tempat tinggal para siswa pesantren.
Pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan
sistem asrama (kampus). Di mana santri – santri menerima pendidikan agama
melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah
kedaulatan dari leadership seorang
atau beberapa orang dengan ciri – ciri khas yang bersifat independen
dalam segala hal.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan
di atas, dapatlah disimpulkan bahwa pada prinsipnya yang dimaksud dengan pondok
pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam di mana di dalamnya
mengandung komponen – komponen: kiai sebagai pengasuh sekaligus berperan sebagai
pendidik, surau sauatu masjid sebagai saran peribadahan dan sekaligus berfungsi
sebagai tempat pendidikan, santri sebagai peserta didik, asrama tempat tinggal
para santri yang sekaligus menetap dalam pondok tersebut.
Keberadaan pesantren beserta
perangkatnya adalah sebagai lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga
kemasyarakatan yang telah memberi warna daerah pedesaan. Ia tumbuh dan
berkembang bersama warga masyarakat sejak berabad – abad yang lalu. Oleh karena
itu, tidak hanya secara kultur lembaga ini dapat diterima, tapi bahkan telah
ikut serta membentuk dan memberikan corak serta nilai kehidupan kepada
masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang.
Pesantren
dapat disebut sebagai lembaga non formal, karena eksistensinya berada dalam jalur sistem pendidikan kemasyarakatan.
Ia memili program pendidikan yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari
ketentuan yang bersifat formal.
Pembangunan
suatu pesantren amat tergantung pada daya tarik tokoh sentral ( kiai ) yang
memimpin, meneruskan dan mewarisinya.
Keberadaan
seorang kiai sebagai pemimpin pesantren, ditinjau dari tugas dan fungsinya
dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik. Dikatakan unik seorang
kiai sebagai pemimpin sebuah lembaga pendidikan Islam tidak sekedar bertugas
menyusun kurikulum, membuat peraturan tata tertib,merancang sistem evaluasi, sekaligus melaksanakan proses belajar
mengajar yang berkaitan dengan ilmu – ilmu agama di lembaga yang diasuhnya,
melainkan bertugas pula sebagai pembina dan pendidik umat serta menjadi
pemimpin suatu komunitas masyarakat.
Kiai
sebagai pemimpin pondok pesantren yang langsung terjun di masyarakat, di samping
merupakan sistem paling essensial
memiliki tugas dan tanggung jawab yang amat besar dalam menjalankan
kepemimpinannya terhadap perkembangan pondok pesantren yang dipimpinnya. Ia
bukan sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri –
santrinya, melainkan juga aktif memecahkan masalah – masalah krusial yang
dihadapi masyarakat. Ia memimpin kaum santri, memberikan bimbingan dan tuntunan
kepada mereka yang sedang gelisah, menggerakkan pembangunan, memberikan
ketetapan hukum tentang berbagai masalah aktual, bahkan tidak jarang Ia
bertindak sebagai tabib dalam
mengobati berbagai penyakit yang diderita orang yang memohon bantuannya.
Akhirnya pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang paling otonomyang
tidak bisa di intervensi pihak – pihak luar kecuali atas izin kiai.
Berdasarkan
hal tersebut di atas, penulis merasakan adanya dorongan yang kuat untuk
mengangkat permasalahan yang terkait dengan strategi seorang Kiai didalam
mengembangkan mutu pendidikan Islam di Pesantren yang dibinanya.
Penulis
mengambil penelitian di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukonolo Bululawang karena
beberapa keunikan antara lain:
1. Pondok
pesantren ini strategis karena terletak di Sukonolo yang menjadi jalan pintas
dari Bululawang menuju Kepanjen, sehingga mudah memondokkan anak dan mengirim
anak.
2. Pondok
Pesantren ini adalah pondok kecil. Tapi, mengenai pembelajaran sangat
ditekankan terutama masalah akhlakul karimah dan respon masyarakat sangat baik
terhadap Pondok ini.
Berdasarkan
keunikan keunikan di atas penulis terinspirasi untuk mengkaji dan mengangkat
judul Strategi K.H. Muhammad Khairuddin Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di
Pondok Pesantren Nurul Huda Sukonolo Bululawang Malang.
B.
Fokus
Penelitian
Dalam penelitian ini
yang menjadi fokus penelitian antara adalah srategi K.H. Muhammad Khairuddin
dalam meningkatkan pendidikan Islam di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukonolo, faktor
– faktor penghambat, pendukung dan solusinya.
C.
Fokus
Masalah
Berdasarkan pada uraian
yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, agar permasalahan yang
diteliti lebih fokus, maka penelitian ini hanya difokuskan pada permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana
strategi K.H. Muhammad Khairuddin dalam meningkatkan Pendidikan Islam di Pondok
Pesantren Nurul Huda Sukonolo?
2. Bagaimana
faktor – faktor penghambat dan pendukung K.H. Muhammad Khairuddin dalam
meningkatkan pendidikan Islam di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukonolo?
3. Bagaimana
solusi K.H. Muahammad Khairuddin dalam megatasi hambatan?
D.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui strategi K.H. Muhammad Khairuddin dalam meningkatkan pendidikan
Islam di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukonolo.
2. Untuk
mengetahui faktor – faktor penghambat dan pendukung K.H. Muhammad Khairuddin
dalam meningkatkan pendidikan Islam di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukonolo.
3. Untuk
mengetahui solusi K.H. Muahammad Khairuddin dalam megatasi hambatan.
E.
Kegunaan
Penelitian
Pembahasan ini
diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara
teoritis.
Diharapkan
bermanfaat sebagai sumbangan terhadap khasanah keilmuan yaitu perkembangan ilmu
seluruh pendidikan Islam terutama perkembangan pendidikan di pondok pesantren
secara umum.
2. Secara
praktis.
a. Bagi
mahasiswa bisa memperoleh dan memadukan teori – teori yang diperoleh dibangku
kuliah dengan kondisi yang ada di lembaga atau masyarakat, serta mengetahui
praktek kepemimpinan pondok pesantren sehinggga menghasilkan orang – orang yang
berhasil terutama di bidang agama.
b. Bagi
pondok pesantren dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapi sekaligus sebagai
wacana atau konsep baru dan menuju masa depan yang lebih maju.
c. Bagi
almamater bisa menjadi referensi
bahan bacaan skripsi dan juga sebagai konsep awal rangka mengembangkan wawasan
keilmuan pada masa yang akan datang.
F.
Penegasan
Istilah
Untuk mempermudah
pemahaman dan menhindari kesalahpahaman, maka perlu adanya penegasan istilah.
Penegasan ini berkaitan beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Strategi
disini adalah cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.
2. Pengembangan
pendidikan Islam adalah memberdayakan hukum Islam di masyarakat.
3. Pondok
pesantren adalah sebuah komplek yang umumnya terpisah dengan kehidupan sekitar.
G.
Metode
Penelitian
Metode
dalam penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan pokok, karena
dengan metode yang baik dan sesuai akan memungkinkan tercapainya tujuan
penelitian.
Disamping itu, metode juga merupakan suatu yang menerangkan
cara – cara untuk mengadakan penelitian. Metode penelitian adalah suatu usaha
untukmenemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dan
dilakukan dengan meggunakan metode – metode ilmiah.
1. Jenis
Penelitian.
Penelitian
( research
) adalah merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka memecahkan suatu
masalah.
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di atas , maka jenis penelitian penelitian
kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif, karena
peneliti menggambarkan atau melukiskan secara sitematis, faktual dan aktual
mengenai fakta atau kejadian – kejadian terhadap kelompok manusia.
Penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala / suatu
masyarakat tertentu. Dalam penelitian deskriptif bias harus diperkecil dan tingkat keyakinan harus maksimal.
2. Kehadiran
Peneliti.
Kedudukan
seorang peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana,
analisis, pelaksana pengumpulan data dan penafsir pelapor hasil penelitian.
Dalam hal ini, peneliti sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.
Penelitian
tentang Strategi KH. Muhammad Khairuddin Dalam Meningkatkan Pendidikan Islam di
Pondok Pesantren Nurul Huda ini, penulis secara langsung hadir untuk mendapatkan
data – data yang diperlukan, baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan obyek yang diteliti. Penulis terus - menerus menggali data
dalam keadaan yang tepat dan sesuai dengan kesempatan para informan.
3. Lokasi
Penelitian.
Adapun
lokasi penelitian ini adalah Pondok Pesantren Nurul Huda Jl. Raya Pabrian RT. 14 RW. 03 Telp: 081333904007
desa Sukonolo Bululawang Malang.
4.
Sumber Data.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh. Apabila
peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data
tersebut responden, yaitu orang – orang yang merespon atau menjawab pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan dan apabbila peneliti menggunakan
tekhnik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses
sesuatu, sertabapabila peneliti menggunakan observasi, maka dokumentasi atau
catatanlah yang menjadi sumber data. Sedang isi catatan sebagai subyek
penelitian atau variabel penelitian.
Untuk
menentukan sumber data dari kalangan siswa maupun guru, penulis menggunakan
tekhnik purposive sampling atau
sampel bertujuan yaitu mengambil subyek bukan berdasarkan atas strata, random
atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Sumber
data dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Sumber
data primer yaitu sumber data dimana peneliti memperoleh data secara langsung,
dan yang menjadi data disini antara lain: pengasuh Pondok Pesantren, ustadz,
pengurus, dan santri Podok Pesantren Nurul Huda.
b. Sumber
data sekunder yaitu sumber dimana penelliti memperoleh data secara tidak
langsung, data diperoleh dari data yang mempunyai hubungan dengan masalah yang
diteliti atau sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data – data
primer, antara lain berupa kitab – kitab yang berkaitan dengan penelitian.
5. Metode
Pengumpulan Data.
Metode
– metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Metode
obsevasi partisipan.
Metode
observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap gejala – gejala yang dihadapi, baik pengamatan dilaksanakan dalam situsi
sebenarnya maupun dilakukan situasi kegiatan yang khusus diadakan.
Metode
observasi partisipan adalah sebagai suatu cara mengumpulkan data melalui
pengamatan indrawi, dengan melakukan pencatatan terhadap gejala – gejala yang
terjadi pada objek penelitian serta peneliti ikut aktif berpartisipasi pada
aktifitas yang sedang diamati.
Observasi
atau pengamatan sering dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan
manusia atau keadaan, kondisi, dan situasi lainnya. Pengamatan bisa dilakukan
terhadap orang, keadaan tertentu, kondisi tertentu, kegiatan – kegiatan
tertentu, proses tertentu, dan sebagainya.
Dengan
mengadakan observasi secara langsung yang harus diobservasi setidaknya ada tiga
elemen meliputi:
1). Lokasi atau fisik tempat suatu situasi
sosial itu berlangsung.
2). Manusia – manusia
pelaku atau posisi tertentu dan memainkan peranan – peranan tertentu; dan
3).
Kegiatan atau aktifitas para pelaku pada lokasi atau tempat berlangsungnya
suatu situasi sosial.
Metode
ini digunakan untuk mempermudah penulis dalam mengenal lebih dekat mengenai
objek yang akan diselidiki melalui pengamatan langsung tentang:
1). Situasi dan kondisi Pondok Pesantren Nurul
Huda.
2). Sarana
prasarana pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Huda.
3). Kegiatan belajar mengajar.
b. Metode
Wawancara Mendalam (in-depth interview).
Metode
interview atau wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
antara penanya yang disebut pewawancara dengan penjawab yang disebut responden
atau informan.
Jadi,
metode interview adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada masalah tertentu dan ini merupakan proses tanya
jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap – hadapan secara fisik.
Wawancara
mendalam adalah tanya jawab kepada informan secara alamiah, tak berstruktur dan
mendalam.
Metode
ini untuk mencari data tentang informasi biografi K.H. Muhammad Khairuddin,
strategi yang ditempuh K.H. Muhammad Khairuddin, serta solusi mengatasi
hambatan yang dihadapinya.
Adapun
key informan dalam in-depth interview
antara lain:
1).
K.H. Muhammad Khairuddin tentang strategi yang diaplikasikan hambatan serta
faktor pendukung dalam meningkatkan perkembangan pendidikan Islam.
2).
Ahmad Husain selaku pungurus pondok pesantren Nurul Huda memperoleh data
tentang keadaan dan perkembangan Pondok Pesantren.
3).
Choirul Anam selaku ustadz di Pondok Pesantren. Data yang diperoleh
perkembangan Pondok pesantren Nurul Huda Sukonolo.
4). M. Nizar selaku teman terdekat K.H Muhammad
Khairuddin. Data yang diperoleh adalah strategi K.H. Muhammad Khairuddin,
hambatan serta faktor pendukung dalam meningkatkan pendidikan Islam di Pondok
Pesantren Nurul Huda.
5).
M. Fadli selaku humas. Data yang diperoleh adalah eksistensi dan respon
masyarakat terhadap Pondok Pesantren Nurul Huda.
c.
Metode Dokumentasi.
Metode
ini adalah suatu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara menganalisis
data – data tertulis dalam dokumen – dokumen seperti catatan harian, transkip, surat kabar, buku, dan media
cetak lainnya.
Jadi,
metode dokumenter adalah suatu penyelidikan yang ditujukan pada penguraian dan
penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber – sumber dokumenter.
Metode
ini penulis gunakan untuk mencari data tentang perkembangan pondok pesantren
Nurul Huda.
d.
Metode Analisis Data.
Metode
analisis data dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode kualitatif
deskriptif yang terdiri dari tiga kegiatan. Yaitu pengumpulan data dan
sekaligus reduksi data, penyajian dan pemeriksaan kesimpulan.
Dalam
penelitian ini, data berwujud kalimat yang dinyatakan dalam bentuk narasi
bersifat deskriptif mengenai situasi kegiatan pernyataan dan perilaku yang
telah dikumpulkan dalam catatan lapangan dan transkip wawancara.
1).
Reduksi Data (Data Reduktion).
Reduksi
data adalah menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
pengorganisasian sehingga data terpilah – pilah untuk mendapatkan keabsahan
data.
2).
Penyajian Data (data display).
Penyajian
data adalah proses penusunan informasi yang komplek dalam bentuk sistematis
sehingga menjadi sederhana, selektif serta dapat dipahami maknanya.
3).
Penarikan Kesimpulan (conclusing drawing).
Penarikan kesimpulan adalah langkah
akhir setelah melalui proses analisis data, baik dalam pengumpulan data maupun
sebelumnya agar makna yang muncul data diuji kebenaran, kekuatan dan kecocokan
yang merupakan validitas data.
6. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data.
Agar data yang kita kumpukan benar maka
diperlukan metode untuk mengetahui data itu benar atau salah yaitu :
a. Perpanjangan
Keikutsertaan.
Perpanjangan keikutsertaan adalah
peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data.
Jadi, peneliti dalam hal ini ikut berpartisipasi di lokasi yang diteleti guna
mendapatkan data yang akurat.
b. Ketekunan
Pengamatan.
Ketekunanan
pengamatan adalah mencari secara konsiten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan penelitian berulang – ulang dalam
rangka mendapatkan data yang spektakuler.
c. Triangulasi.
Triangulasi
adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu.
Triangulasi
yang dipakai peneliti antara lain:
1).
Triangulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan
hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentas idan data hasil
pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat
menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.
2).
Triangulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena
yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh dengan menggunakan
metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa
dipercaya.
3).
Triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena
berdasarkan data yang diperoleh peneliti, baik dilihat dari dimensi waktu
maupun sumber yang lain.
d. Pengecekan Teman Sejawat.
Pengecekan
sejawat adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan –
rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang
diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
DAFTAR
RUJUKAN SEMENTARA
Moloeng,
Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif,
P.T Remaja Rosda Karya, Bandung: 2005.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Bogor : Glalia Indonesia, 2005.